Budaya Menentukan Akurasi Penerjemahan
Semakin banyak “data” budaya para penerjemah kumpulkan, semakin mereka tahu bagaimana pergerakan kebudayaan-kebudayaan itu; dan yang paling banyak harus dipelajari adalah betapa berbedanya kebudayaan-kebudayaan itu.
Bagaimana sukarnya menyeberang ke bidang budaya yang lain dan benar-benar memahami apa yang dimaksudkan oleh suatu kata atau gerakan alis terangkat. Semakin kita menjadi “melek budaya”, semakin banyak dan semakin sedikit kita merasa terbiasa dengan kebudayaan asing. Semakin terbiasa karena kita menerima perbedaan, keganjilan, kekurangnyamanan kita, dan belajar untuk hidup dengannya, bahkan menghargai dan menyukai kebebasan ekstra yang diberikannya kepada kita untuk melanggar kaidah dan menjadi sedikit lebih berkepribadian daripada yang diberi kan kebudayaan asli. Semakin kurang terbiasa karena kebebasan itu merupakan sesuatu yang asing; kekhasan pribadi itu tidak berarti menjadi bagian di dalamnya.
Psikolgi Sosial dalam Penerjemahan
Jika menjadi orang asing itu sulit, maka lebih sulit lagi untuk berhenti menjadi orang asing. “Terasing tidak bersifat psikologis maupun ontologis,” tulis Maurice Blanchot. “Orang yang terasing tidak mampu membiasakan dirinya dengan kondisinya, juga tidak mampu menolak kondisinya itu, atau mengubah keterasingan itu menjadi suatu cara hidup yang mapan.
Seorang imigran ingin menjadikan dirinya sebagai warga negara, misalnya lewat pernikahan, tetapi ia akan selalu menjadi seorang migran.” Bagaimanapun, orang yang dicap sebagai “orang asing” tidak akan benar-benar membaur dengan gembira. Mendapat reputasi dan golongan berarti memperoleh pengakuan yang lebih baik, bahkan apabila hal ini berarti persoalan tentang menyesuaikan diri dengan kategori-yang tidak-sesuai. Perasaan terpenjara ini semata-mata memperlihatkan tekanan keasingan (strangeness) sebagai pengikat. Namun, seperti yang sudah berulang kali diingatkan, Rumah bukanlah penjara.
Penyesuaian Terjemahan dengan Gejala Budaya
Rumah adalah tempat di mana orang ter dorong untuk menemukan kemantapan dan kebahagiaan. Orang menjadi paham, pengikatan sementara dalam batas-batas spesifik terutama dilakukan demi kebaikannya sendiri. Keterasingan bisa diterima tatkala saya tak lagi dapat menentukan batas-batas di antara diri saya dengan orang lain. Mula-mula membaur, kemudian menjadi berbeda dalam batas-batas yang diizinkan. “Saat Anda tak lagi merasa sebagai orang asing, maka takkan ada lagi masalah untuk kembali menjadi orang asing.”
Jadi, pernyataan ini menyiratkan bahwa saat Anda mulai mencintai rumah baru Anda, Anda akan segera merasakan kembali berada di rumah lama Anda (etnis resmi dan sudah ditentukan sebelumnya, gender atau identitas seksual), tempat Anda diharuskan menjalani kembali bentuk pengasingan yang lain. Atau, jika pernyataan tadi dibaca dalam potensi yang meringankan, maka menyingkirkan ke asingan (strangeness) sebagai pengikat menjadi cara untuk sekali lagi menerima keadaan sulit deteritorialisasi (tidak punya tempat) tersebut: itulah yang dijalani baik saya maupun Pernyataan itu. Rumah ada di sini, di sana, di mana saja orang diperintahkan untuk mengikuti takaran orang lain.
Jadilah penerjemah yang banyak baca, banyak belajar budaya asing, dengan begitu penerjemah akan dapat bekerja dengan sangat akurat dan tepat. Semakin penerjemah kaya budaya semakin akan kaya materi.
0 Komentar