Hegemoni Ideologi
Ada yang berubah pada studi penerjemahan modern tentang kebudayaan, yaitu semakin besarnya perhatian pada kontrol kolektif atau pembentukan pengetahuan budaya: peran yang dimainkan ideologi atau Antonio Gramsci (1971) menyebutnya “hegemoni”-dalam mem bangun dan melestarikan pengetahuan budaya serta menertibkan pemindahan lintas hambatan-budaya.
Diawali pada akhir 1970-an, beberapa kelompok ilmuwan di negara-negara Benelux (Belanda, Belgia, dan Luksemburg) dan Israel mulai menyelidiki dampak sistem kebudayaan terhadap penerjemahan, khususnya dampak sistem kebudayaan-sasaran terhadap materi terjemahan, latar belakang, cara penerjemahan, dan bagaimana terjemahan itu digunakan. Dan dimulai pada akhir 1980-an, kelompok-kelompok ilmuwan lainnya di seluruh dunia mulai menyelidiki dampak berkelanjutan kolonisasi atau penjajahan terhadap penerjemahan, terutama perbedaan kekuasaan yang masih bertahan di antara negara “dunia-pertama” dan negara “dunia-ketiga” serta cara perbedaan-perbedaan itu dalam mengendalikan perekonomian dan ideologi, juga praktek penerjemahan. Teori-teori ini akan dikaji berikut dengan judul “Kesadaran Antar kebudayaan”.
Hegemoni Kekeuasaan
Seperti dalam uraian Anthony Pym (1992a: 25), masalah penting lainnya ialah “apakah kebudayaan itu?” Dengan mencatat bahwa “Mereka yang telah menempuh perjalanan dengan berjalan kaki atau sudah membaca Saussure bagian linguistik diakronik, tahu bahwa tidak ada yang namanya batas-batas alami di antara bahasa -bahasa” (1992a: 25), Pym melanjutkan:
Bagaimana mungkin orang bisa menentukan batas-batas kapan runtuhnya satu kebudayaan dan munculnya kebudayaan lain? Penentuan batas-batas tersebut tidak lebih mudah dibandingkan dengan penentuan batas di antara bahasa atau komunitas. Untuk kelompok-kelompok yang tidak jelas, barangkali kita bisa berpaling pada geometri, atau bahkan sama sekali menyangkal kemungkinan adanya kontak nyata, tetapi baik matematika maupun relativisme ideologis tidak mampu menjelaskan arti penting penerjemahan yang spesifik sebagai suatu relasi aktif di antara kebudayaan-kebudayaan.
Hegemoni Kebudayaan
Meskipun persoalan seperti definisi kebudayaan umumnya dianggap berada diluar ruang lingkup teori penerjemahan, solusi-solusinya bisa menjadi salah satu kontribusi utama studi penerjemahan untuk ilmu sosial. Daripada mencari esensi kebudayaan yang sudah dibeda-bedakan atau yang sudah disarikan, bisa lebih bermanfaat bila penerjemahan itu sendiri ditelaah untuk mengetahui pandangan penerjemahan tentang batas-batas budaya. Batas-batas dalam suatu kebudayaan cukup didefinisikan sebagai batas ketika teks yang dipindahkan harus diterjemahkan (secara intralingua atau interlingua). Maksudnya, jika sebuah teks bisa dipindahkan secara memadai (berpindah di antara ruang dan/atau waktu) tanpa penerjemahan, berarti ada kesinambungan budaya. Namun, jika sebuah teks sudah diterjemahkan, penerjemahan tersebut menggambarkan adanya jarak sekurang-kurangnya di antara dua kebudayaan. (1992a: 25-6).
Ideologi, Kekuasaan dan sejumlah hegemoni lain dalam penerjemahan termasuk bagian dari rujukan internal seorang penerjemah. Bukan bagian dari teori tetapi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi hasil kerja para penerjemah. Vid Translations memberikan tawaran untuk satu terjemahan dokumen kepada pengguna jasa untuk menentukan pilihan kata yang tepat sebelum dicetak dan distempel.
Baca Juga Translator Bahasa Inggris
Dalam Praktiknya Pengelola Jasa Penerjemah setiap saat harus memahami bahwa memperhatikan dan mengikuti semua hegemoni adalah bagian dari tanggung jawab penerjemah tersumpah.
0 Komentar